bytenews.id – SURABAYA – Proyek pembangunan dua unit Kapal Selam Scorpene di galangan PT PAL Indonesia menunjukkan perkembangan signifikan. Industri pertahanan strategis nasional itu saat ini tengah membangun fasilitas pendukung berupa dermaga dan shiplift berteknologi tinggi guna menunjang peluncuran dan perakitan kapal selam.
Shiplift yang sedang dibangun dilengkapi dengan teknologi modern yang mampu mengangkat beban hingga 9.240 ton. Dibandingkan metode konvensional yang membutuhkan waktu hingga dua minggu, fasilitas ini memungkinkan proses pemindahan kapal hanya dalam waktu empat jam. Selain efisien, sistem ini digerakkan oleh electrical motor untuk memastikan pergerakan kapal yang stabil dan presisi.
“Dengan fasilitas ini, proses loading dan pergerakan kapal selam menjadi lebih cepat dan aman. Ditargetkan mulai beroperasi pada Maret 2026,” ujar Kepala Divisi Kapal Selam PT PAL, Agus Rifai, Rabu (25/6/2025).
Agus juga menjelaskan bahwa pembangunan dermaga sudah mencapai 60% dan ditargetkan rampung pada akhir Desember 2025. Dermaga tersebut dirancang mampu menahan beban hingga 6.000 ton, memungkinkan peluncuran tidak hanya kapal selam, tetapi juga kapal permukaan seperti frigate.
“Struktur dermaga diperkuat dengan tiang pancang seberat 15 ton per unit. Ini menjamin keamanan peluncuran aset strategis seperti Kapal Selam Scorpene yang nilainya mencapai Rp15 triliun,” tambahnya.
Proyek pembangunan Kapal Selam Scorpene merupakan hasil kerja sama antara PT PAL dan Naval Group Prancis dalam kontrak strategis yang ditangani langsung di dalam negeri. Menurut Direktur Teknologi PT PAL, Briljan Gazalba, proyek ini merupakan bagian dari program strategis Kementerian Pertahanan dan diproyeksikan akan selesai dalam waktu 96 bulan.
“Ini langkah besar dalam membangun kemandirian pertahanan nasional. Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam proyek ini mencapai 30%, dan akan terus ditingkatkan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang, menyampaikan apresiasi atas capaian PT PAL. Ia menegaskan bahwa pembangunan kapal selam bukan semata tugas pemerintah atau TNI, tapi merupakan amanat konstitusi yang melibatkan seluruh elemen bangsa.
“Pembangunan kapal selam membutuhkan waktu panjang, bahkan bisa mencapai 8 hingga 10 tahun. Tapi ini adalah bentuk komitmen bangsa untuk memberdayakan kemampuan dalam negeri dan memperkuat kemandirian alutsista nasional,” tegasnya.
Dengan proyek ini, Indonesia tak hanya memperkuat kekuatan lautnya, tetapi juga mengukuhkan posisi sebagai negara dengan industri pertahanan yang makin mandiri dan maju.
(Andi Restu)