Home / Nasional / Politik

Jumat, 20 Juni 2025 - 22:49 WIB

Lawan 9 Naga: Kebangkitan “9 Haji” dan Tumbuhnya Oligarki Daerah di Luar Jakarta

Oplus_16777216

Oplus_16777216

bytenews.id – JAKARTA – Peta kekuasaan ekonomi Indonesia sedang berubah. Jika selama puluhan tahun “9 Naga” — sebutan untuk segelintir konglomerat raksasa keturunan Tionghoa yang menguasai sektor-sektor strategis nasional — menjadi pusat oligarki bisnis, kini muncul penantang baru dari pinggiran republik: “9 Haji”, para taipan daerah yang kekuatannya kian tak bisa diabaikan.

Tak sekadar pengusaha sukses, 9 Haji adalah simbol pergeseran pusat kekuasaan ekonomi dari Jakarta ke daerah. Mereka mewakili fenomena baru: oligarki lokal yang tumbuh dari akar masyarakat dan menjadi penentu arah ekonomi regional — bahkan nasional.

Fenomena ini pertama kali disorot oleh Monitor Indonesia, Senin (2/6/2025), yang menyebut “9 Haji” sebagai generasi baru pemegang kendali ekonomi, dengan pengaruh politik yang diam-diam meluas ke berbagai lini kekuasaan.

Siapa Mereka?

1. Haji Isam – Penguasa Batubara dari Tanah Bumbu
Dari sopir truk menjadi raja tambang, Samsudin Andi Arsyad kini memimpin Jhonlin Group — sebuah kerajaan bisnis yang mencakup tambang, biodiesel, logistik, bahkan maskapai penerbangan. Di Kalimantan Selatan, kekuasaannya melampaui batas ekonomi.

2. Hadji Kalla – Dinasti Timur Nusantara
Lewat Kalla Group, keluarga mantan Wapres Jusuf Kalla mendominasi otomotif, energi, dan infrastruktur di kawasan timur Indonesia. Mereka adalah kekuatan tak tergantikan di Sulawesi dan Nusa Tenggara.

Baca Juga  Iran Tolak Negosiasi Gencatan Senjata, Prioritaskan Serangan Balasan

3. Haji Aksa – Sang Arsitek Semen dan Jalan Tol
Membangun dari nol, Aksa Mahmud menjadikan Bosowa Group pemain besar dalam semen, otomotif, dan infrastruktur. Pengaruhnya menjalar ke dunia politik melalui hubungan erat dengan elite nasional.

4. Haji Rasyid – Rimba Sawit dan Jejak Kontroversi
Dengan Citra Borneo Indah Group, Abdul Rasyid AS menguasai lebih dari 100 ribu hektare sawit di Kalimantan Tengah. Namanya juga kerap dikaitkan dengan isu lingkungan dan konflik lahan.

5. Haji Leman – Warisan Ekonomi yang Abadi
Almarhum Abdussamad Sulaiman HB mewariskan Hasnur Group — konglomerasi tambang, pelabuhan, dan olahraga. Kini dikelola generasi kedua, kelompok ini menjadi simbol keberlanjutan bisnis lokal.

6. Haji Ijai – Misterius Tapi Mewah
Jarang muncul di media, namun kekuatan Zaini Mahdi melalui PT Batu Gunung Mulia berbicara lantang: jutaan ton batubara per bulan, helipad pribadi, dan koleksi mobil langka.

7. Haji Anif – Jenius Bertahan di Tengah Krisis
Ketika harga sawit anjlok pada 2008, Anif Shah justru tumbuh lewat diversifikasi ke properti elite seperti Cemara Asri. ALAM Group kini menjadi pilar ekonomi Sumatera Utara.

8. Haji Robert – Penjaga Emas Halmahera
Lewat PT Nusa Halmahera Minerals, Robert Nitiyudo Wachjo mengubah tambang Gosowong jadi simbol kemandirian Indonesia atas kekayaan emas. Pendekatannya berfokus pada masyarakat dan lingkungan.

Baca Juga  Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Selamat Hari Jamu Nasional 2025: Warisan Leluhur untuk Kesehatan Bangsa

9. Haji Ciut – Taipan Eksentrik Kalimantan Selatan
Muhammad Hatta, alias Haji Ciut, memadukan properti, tambang, dan gaya hidup nyentrik. Pernikahan mewah anaknya sempat viral, tapi lapangan kerja yang ia ciptakan jauh lebih “berbicara”.

Oligarki Baru, Tantangan Baru

Kebangkitan “9 Haji” menandai titik balik penting dalam struktur oligarki Indonesia. Jika sebelumnya kekuatan ekonomi tersentralisasi di Jakarta dan terkonsentrasi pada ras dan jaringan tertentu, kini poros kekuatan mulai tersebar — dan lebih beragam.

Namun, bukan tanpa risiko. Terlibat dalam politik lokal, bersinggungan dengan konflik agraria, serta minimnya akuntabilitas dan transparansi menjadi tantangan besar. Di satu sisi mereka membawa investasi dan pertumbuhan; di sisi lain, tanpa pengawasan publik yang kuat, mereka bisa menjelma menjadi oligarki yang lebih sulit dijinakkan.

“Ini bukan sekadar soal uang, ini soal siapa yang mengendalikan arah republik,” ujar seorang pengamat politik ekonomi dari UGM.

Satu hal pasti: di balik kabut tambang, sawit, dan semen, sebuah babak baru sedang ditulis oleh tangan-tangan kuat dari luar pusat kekuasaan. Dan sejarah ekonomi Indonesia, pelan tapi pasti, sedang berubah jalur.

(Tim)

Share :

Baca Juga

Nasional

Bhayangkara ke-79, Polres Wajo Tunjukkan Dedikasi Lewat Upacara yang Khidmat

Daerah

“Ngopi Usai Upacara, Ketua Purnawirawan Polri Wajo Rangkul Semangat Kebersamaan

Global

Pembangunan Kapal Selam Scorpene oleh PT PAL Capai Kemajuan Pesat, Fasilitas Canggih Disiapkan

Nasional

Kejagung Teken Kerja Sama Strategis dengan Operator Seluler, Perkuat Fungsi Intelijen Penegakan Hukum

Kriminal & Kejadian

Sadis! ART Dipaksa Makan Kotoran Anjing, Majikan di Batam Jadi Tersangka

Global

Iran Tolak Negosiasi Gencatan Senjata, Prioritaskan Serangan Balasan

Kriminal & Kejadian

POLRI Ungkap Kasus Penyelewengan BBM Subsidi, Kerugian Negara Capai Rp 82,5 Miliar

Global

Insiden Penembakan Menggemparkan: Kandidat Presiden Kolombia, Miguel Uribe, Jadi Korban Serangan Bersenjata