bytenews.id – Teheran – 16 Juni 2025 – Ketegangan di Timur Tengah kian memanas setelah Iran secara tegas menolak membuka negosiasi gencatan senjata dengan Israel. Keputusan tersebut disampaikan kepada mediator dari Qatar dan Oman di tengah meningkatnya intensitas konflik militer antara kedua negara.
Menurut seorang pejabat yang mengetahui jalur diplomatik tersebut, Iran menegaskan tidak akan melakukan negosiasi apapun sebelum merespons serangan militer Israel secara penuh.
“Iran memberi tahu mediator Qatar dan Oman bahwa mereka hanya akan melakukan negosiasi serius setelah Iran menyelesaikan tanggapannya terhadap serangan pendahuluan Israel,” ungkap pejabat itu kepada Reuters pada Minggu (15/6/2025), dengan syarat anonim karena sensitivitas isu ini.
Pejabat tersebut juga menekankan bahwa Teheran menolak melakukan pembicaraan damai selama tekanan militer dari Israel masih berlangsung.
“Mereka tidak akan berunding saat diserang,” ujarnya singkat.
Israel diketahui melancarkan serangan udara besar-besaran pada Jumat pagi (13/6/2025) yang menyasar komando militer dan fasilitas nuklir Iran. Pemerintah Israel menyatakan bahwa operasi ini merupakan bagian dari strategi militer jangka panjang dan akan terus ditingkatkan dalam beberapa hari mendatang.
Iran merespons dengan keras dan menyebut serangan tersebut sebagai tindakan provokatif yang bisa memicu konfrontasi terbesar dalam sejarah hubungan kedua negara. Dalam pernyataan resmi, Teheran mengancam akan “membuka gerbang neraka” sebagai balasan.
Pernyataan ini sekaligus membantah sejumlah laporan media internasional yang menyebut Iran meminta bantuan Qatar dan Oman untuk melibatkan Amerika Serikat dalam menengahi konflik dan membuka kembali perundingan nuklir.
“Laporan itu tidak akurat,” tegas sumber diplomatik tersebut.
Sebagai catatan, Qatar dan Oman selama ini memainkan peran penting sebagai jembatan diplomatik antara Iran dan negara-negara Barat, termasuk dalam perundingan nuklir serta pertukaran tahanan dengan Amerika Serikat. Namun, momentum diplomatik yang sempat tumbuh kini terancam runtuh seiring dengan eskalasi konflik militer terbaru.
Situasi saat ini dinilai sangat rawan, dan komunitas internasional mulai menyerukan penahanan diri dari kedua belah pihak guna mencegah krisis yang lebih luas di kawasan.
(Cender)